Sabtu, 28 Agustus 2010

Rangkasbitung sebagai kota Pelajar,,..

Suatu kebanggaan bagi masyarakat Lebak, bahwa Rangkasbitung akan dijadikan kota pelajar. Pencanangan Rangkasbitung sebagai kota pelajar dilakukan pada tanggal   2 Mei 2009 bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional oleh Bupati Kabupaten Lebak , H. Mulyadi Jayabaya di Alun-alun kota Rangkasbitung.
Berkaitan dengan itu muncul berbagai opini masyarakat, apakah sudah layak Rangkasbitung sebagai kota pelajar?, apakah sarana dan prasarana pendidikan sudah mencukupi dan lebih baik?, apakah ini apakah itu?,  jawaban untuk semua itu tentunya “Kenapa tidak?”, yang jelas disini adalah bahwa berhasil tidaknya  untuk mewujudkan Rangkasbitung sebagai kota pelajar  bukan hanya terletak  ditangan  Bupati dan Wakil Bupati, atau anggota DPRD,  atau juga guru. Tetapi tentunya peran aktif semua lapisan masyarakat adalah hal yang penting karena apapun program yang direncanakan dan dilaksanakan tentunya untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
Mungkin adalah hal wajar apabila dalam suatu program pembangunan dapat menimbulkan opini dari masayarakat, hal itu bukan sebagai hambatan tetapi dapat dilihat sebagai feedback yang dapat direfleksilan dalam sebuah prioritas dan target-target pembangunan sehingga Rangkasbitung sebagai kota pelajar dapat benar-benar dilakasanakan.
Julukan sebuah daerah sebagai kota pelajar adalah bukan hal baru dimana Jogyakarta adalah yang pertama menyandang julukan tersebut.  Dewasa ini, wajah kota Rangkasbitung sudah berubah, secara fisik sudah ditata sedemikian rupa, dengan dukungan  jalan yang membentang dan lebar, memudahkan akses kemanapun, mengejar ketertinggalan dari daerah lain yang sudah lebih dahulu maju dan berkembang.
Menentukan Rangkasbitung sebagai kota pelajar adalah sebuah keberanian, terobosan dan inovasi dari seorang pimpinan daerah yang patut diajungkan jempol. Memang benar Rangkasbitung bukan seperti Jogyakarta bahkan dibandingkan dengan kota Tangerang saja mungkin kita jauh berada di bawahnya. Tetapi bukan hal yang mustahil bahwa Rangkasbitung dapat benar-benar mewujudkan impiannya sebagai kota pelajar jika memiliki sebuah program pembangunan yang dapat diterima dan diwujudkan bersama masyarakat dengan segala ciri dan kekhasannya.
Rangkasbitung sebagai ibukota Kabupaten Lebak, memiliki sejarah yang cukup panjang. Kabupaten Lebak adalah bagian dari Kesultanan Banten, pada tanggal 19 Maret 1813, Kesultanan Banten dibagi 4 wilayah yaitu :  wilayah Banten Lor, wilayah Banten Kulon, wilayah Banten Tengah, dan wilayah Banten Kidul, yang selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Nomor 1, Staatsblad Nomor 81 tahun 1828, Wilayah Keresidenan Banten dibagi menjadi 3 (tiga)  Kabupaten yaitu : Kabupaten Serang, Kabupaten Caringin, dan Kabupaten Lebak. Berdasarkan rangkaian sejarah  tersebut dan Keputusan DPRD nomor 14/172.2/D-II/SK/X/1986, maka ditetapkan tanggal 2 Desember 1828 sebagai Hari Jadi Kabupaten Lebak.
182 tahun adalah bukan waktu yang sebentar, tetapi merupakan suatu proses yang panjang dalam menata pembangunan yang sepenuhnya untuk meningkatkan kesejahteraaan masyarakatnya. Begitu juga impian untuk menjadikan Rangkasbitung  sebagai kota pelajar adalah bukan hal yang mustahil, semua dapat terwujud jika semua unsur aparat pemerintah khususnya dunia pendidikan bersama masyarakat mempunyai komitmen yang tinggi.
Saat ini Kabupaten Lebak memiliki sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut :
  1. SD (Negeri dan Swasta)             : 944 sekolah
  2. SMP (Negeri dan Swasta)         : 232 sekolah
  3. SMA (Negeri dan Swasta)        :  86 sekolah
  4. SMK Negeri                                   :   5 sekolah
  5. Perguruan Tinggi                        :   ± 10 sekolah
Rangkasbitung sebagai kota pelajar adalah program pembangunan yang harus dikomunikasikan secara baik kepada masayarakat. Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan kearah yang lebih baik atau lebih maju dari keadaan sebelumnya. Oleh karena itu peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut.
Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses, yang penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan, bisa aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan pembangunan yang berisi ide-ide atau pun program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi sasaran pembangunan.
Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan. Everett M. Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Pada bagian lain Rogers menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial.
Ada 3 hal penting dalam mensosialisasikan suatu program sehingga dapat dilaksanakan dengan baik :
a)      Secara teknik program tersebut dapat dilaksanakan masyarakat setempat secara mudah.
b)     Secara ekonomis program tersebut menguntungkan, dapat menambah pendapatan atau meningkatkan kesejahteraan.
c)      Secara sosial program tersebut tidak menimbulkan keretakan sosial/kesenjangan sosial.
Mewujudkan Rangkasbitung sebagai kota pelajar diperlukan sebuah strategi pembangunan dan strategi komunikasi. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Dengan demikian strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang dirumuskan, yaitu who says what in which channel to whom with what effect. Rumus di atas tampaknya sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh, pertanyaan ”efek apa yang diharapkan” secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama, yaitu :
  1. When ( Kapan dilaksanakannya).
  2. How ( Bagaimana melaksanakannya).
  3. Why ( Mengapa dilaksanakan demikian).
Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi komunikasi sangat penting, karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi.
Gambaran di atas, untuk  menunjukan suatu kebanggaan dan keinginan bahwa Rangkasbitung sebagai kota pelajar bukan hanya sekedar wacana atau mimpi semata tetapi lebih kepada keinginan untuk mengejar impian tersebut yang kemudian mewujudkannya. Tentunya hal itu bukan seperti membalikan tangan atau cukup dengan sim salabim, tetapi dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat bukan tidak mungkin hal itu akan tercapai, karena pada dasarnya pembangunan akan menciptakan suatu kemajuan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Untuk itu kita dukung program Rangkasbitung sebagai kota pelajar, dan kita buka buktikan bahwa julukan itu bukan hanya sekedar mimpi tetapi merupakan impian yang ingin dicapai masyarakat Rangkasbitung khususnya dan masyarakat Lebak umumnya.
Rangkasbitung sebagai kota pelajar,  Insya Allah dapat terwujud, dengan komitmen dan motivasi yang tinggi dari semua unsur lapisan masayarakat termasuk dunia pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan di icip dan dikoment dengan bahasa yang sopan tapi nyentrik

Advertisement


About

Labels