Jumat, 25 Mei 2012

Episode Kehidupan


Kebahagiaan bagai berlian di dalam sebuah laci yang terkunci pada lemari yang terkunci di dalam kamar yang terkunci di sebuah rumah yang terkunci dengan pagar tinggi yang terkunci, begitulah gambaran seorang ulama.
Dalam perjalanan hidup manusia, tentu yang diharapkan adalah kebahagiaan terus-menerus alias bahagia selalu, tapi mungkinkah? Hal ini mungkin terjadi apabila ukuran kebahagiaan kita adalah iman, sehingga setiap waktu kita akan merasa bahagia karena meyakini setiap episode kehidupan adalah buah dari kasih sayang Allah. Tetapi menjadi tidak mungkin manakala ukuran kebahagiaan semata nafsu dan prasangka.
Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur’an:”Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.”(QS. Ar-Ra’du [13]: 29)
Sejujurnya, hidup ini menjadi tidak menarik manakala berlangsung datar, bahagia terus atau sedih terus. Kehidupan bagaikan alunan musik yang memiliki dinamika sehingga menarik dan enak didengar. Kadang dengan nada yang tinggi dan sesekali turun ke nada yang rendah, sehingga musik itu akan enak didengar. Penyanyi yang mampu menyanyikan lagu dengan nada yang tepat dan penghayatan yang baik, maka ia akan disukai pendengarnya.
Karena hakikat kehidupan adalah anugerah dan ujian, maka kebahagiaan dan kesedihan menjadi keniscayaan. Adanya malam karena adanya siang, adanya kebaikan karena adanya kejahatan, begitu pula adanya kebahagiaan tentu karena adanya kesedihan. Pria tiada artinya tanpa kehadiran wanita, begitu pula wanita tidak berdaya tanpa kehadiran pria. Inilah keadilan Tuhan, semuanya diciptakan seimbang dan berpasangan.
Setiap manusia harus siap menghadapi kenyataan yang terjadi. Saat kita bahagia, kita harus bersyukur dan menyiapkan diri untuk menyongsong kesedihan yang pasti akan menjelang. Saat kita sedih, sabarlah karena kebahagiaan akan segera menyapa. Kita harus mampu menghadapi kebahagiaan dan kesedihan dengan sikap yang terbaik. Hidup ini adalah pilihan yang menuntut kita untuk mampu memilih yang terbaik. Semakin kita mampu memilih yang terbaik, kelak kita akan mendapatkan yang terbaik di kehidupan yang akan datang. Sebaliknya, bila yang kita pilih justru hal yang buruk, bersiaplah untuk mendapatkan yang serupa nanti.
Saat bayi dilahirkan, ia menangis sejadinya, sungguh tragis. Pertanyaannya mengapa setiap bayi yang dilahirkan pasti menangis? Apakah mereka telah diajari bahwa manakala mereka dilahirkan maka mereka harus menangis? Lalu apa maksudnya? Setiap bayi menangis saat dilahirkan karena mereka sedih akan segera menghadapi ujian yang berat, yakni hidup di dunia. Padahal kalau mereka bisa memilih, lebih baik mereka tetap di dalam rahim sang ibu. Ya, inilah awal kesedihan yang pasti dirasakan manusia, walau otak mereka belum berpikir sempurna.
Setiap muslim mulai merasakan ujian kehidupannya manakala beranjak baligh, sejak saat itulah kita dipikulkan beban untuk melakukan hal yang terbaik dan menjauhi hal-hal yang buruk. Mau ataupun tidak inilah kehidupan. Semakin banyak hal yang baik yang kita lakukan maka kita semakin sukses menjalani kehidupan ini, tapi jika sebaliknya, maka gagallah kita.
Norma yang membimbing kita untuk melakukan segala hal yang baik dan menjauh dari segala hal yang buruk. Norma ada yang berasal dari dalam diri manusia sendiri, ada yang berasal dari luar, “something is out there”. Manakala kita berhasil memahami semua norma yang berlaku, maka semakin kita mahir melakukan hal yang baik. Benar dan salah bisa kita temukan dengan logika, indah dan jelek bisa kita temukan dengan estetika, sedangkan baik dan buruk ada pada etika. Budaya, hukum, sosial, adalah ragam norma yang berlaku di dalam masyarakat. Tapi semua itu bermuara pada norma agama, terutama Islam yang memang mencakup segala aspek kehidupan manusia.
Kondisi masyarakat kita kini memang telah sedemikian jauh dari norma-norma yang berlaku terutama norma agama. Banyak yang tidak lagi memperhatikan mana yang baik dan buruk dalam kehidupannya. Yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Hal ini jelas berbahaya. Seperti sekawanan semut yang membuat rumah bersama-sama, setiap individu semut berusaha mengikuti aturan yang berlaku agar rumahnya bisa diselesaikan dengan sempurna. Manakala ada sebagian semut yang keluar dari aturan, maka mereka akan mengganggu stabilitas dan soliditas kelompok dan rumah yang sedang dibuat pun tidak akan selesai sesuai harapan.
Keberhasilan sebuah masyarakat merupakan akumulasi keberhasilan setiap individu anggotanya, begitu pula kegagalannya. Kita harus peduli manakala ada di antara kita yang berbuat kesalahan, karena dampak dari kesalahan itu akan kita dapatkan juga. Semoga kita mampu menikmati setiap episode kehidupan ini dengan senantiasa berpegang teguh pada prinsip norma Islam.


4 komentar:

  1. subhanallah bermanfaat sekali ni. bisa membuat hidup kita lebih baik

    BalasHapus
  2. nice share.. karna menurut saya kehidupan hanyalah tempat persinggahan sementara, ibaratkan teminal dalam kehidupan

    BalasHapus
  3. kalo dilihat dari dunia perwayangan, bahwa kehidupan ini sudah diatur dan di jalankan oleh dalang......

    BalasHapus

silahkan di icip dan dikoment dengan bahasa yang sopan tapi nyentrik

Advertisement


About

Labels